Selamat datang di


Selasa, 31 Agustus 2010

Anak Kecil Penjual Koran

25 Agustus 2010

Puasa-puasa begini enaknya pulang sekolah langsung tidur. Tapi hari ini, ada tugas penting menyerahkan baju-baju bakti sosial ke Sekolah SMPN tercinta :*

Setelah sholat dzuhur, ku pacu sepeda motorku menuju SMPN7. Beberapa jam berbincang dengan kakak - kakak dan adik - adik panitia, aku meilhat jam tangan lalu berpamitan pulang.

.

Sebelum pulang ke rumah, aku menyempatkan diri untuk ke salah satu tempat les vocal dan musik untuk meminta brosur. Waduh, bingung nih kesana ngga ya? Mumpun ada kesempatan keluar. tapi, aku kan ngga bisa parkir motor, disana tempat umum pasti tidak ada jukir yg mbantuin parkir. hmm baiklah itu masalah gampang, niat ku untuk daftar les mengalahkan keraguan itu (hehe ^^)

.

Ternyata benar, aku kebingungan mau memarkirkan motorku dimana. di sebrang sana ada seorang anak kecil laki-laki membawa beberapa tumpukan koran Jawa Pos, ia melihatku lalu berseru "Parkir disini aja mbak."

Yes! Batinku dalam hati, lokasinya strategis. Ada di pertigaan jalan, jadi gampang untuk mengeluarkan motornya :D

aku pun mengarahkan motorku ke tempat yg di tunjuk anak kecil tadi. Yaampun ternyata susah juga --" beberapa kali aku memajukan motorku, lalu memundurkannya lagi mengambil ancang-ancang. Tuhaaan tolong beri saya wahyu agar bisa memarkir motor iniii.

Si anak kecil tadi memandangiku dari jauh. Akhirnya setelah beberapa kali mencoba, motorku terparkir juga. Oh Senangnya...

.

Anak kecil tadi menghampiri. Dengan wajah polos, ia menawarkan dagangannya. "Mbak, beli korannya mbak."

Entah karena tersirat rasa iba atau ingin membalas jasanya tadi, aku pun mengiyakannya. Padahal sebenarnya aku tidak seberapa membutuhkan koran itu.

Aku mencari uang kecil di saku-saku tasku. tiba-tiba ia melihat gambar berwarna putih di jok motorku, lalu bertanya.

"Apa ini?"

Uuuuh cute sekali suara dan kepolosannya saat bertanya ^^

"Itu gambar adikku." jawabku masih sibuk mencari uang kecil.

"Ini apa?" ia menunjuk kearah gambar yang tak seberapa ia mengerti

"Itu gambar truk." tiba-tiba aku teringat adik-adikku yang hampir seumuran dengannya.

"Kamu sekolah dek?" tanyaku

"Iya mbak."

"Kelas berapa?"

"Kelas 3 SD."

"Ooo, siapa yg nyuruh jualan koran?"

"Aku sendiri mbak." aku sempat bingung mendengar jawabannya. masa iya anak sekecil itu sudah punya ini siatif untuk berjualan?

"Kenapa jualan koran dek?" tanyaku lagi.

"Ya... buat bayar sekolah mbak."

Uang kecil belum ku temukan dalam tasku, akhirnya aku membuka dompet-dompet yg ada di tas.

"Masuk sekolah jam berapa?"

"Jam 7."

"Oooh kalau pagi sekolah, sorenya berjualan ya?"

ia hanya mengangguk. mungkin batinnya aku ini banyaki tanya yaaa cepat bayaaaar!

akhirnya ku raih tiga lembar uang seribuan dari dalam dompet lalu menyerahkan padanya. saat ia akan berlalu pergi, pertanyaan terakhir terlontar dari bibir manisku ini (ekhm narsis boleh dooong).

"Cita-citamu mau jadi apa dek?"

"Polisi."

"Memangnya kenapa?"

Ia hanya mengacungkan ibu jarinya sambil tersipu-sipu malu lalu berlalu meninggalkanku.

.

Tuhan, semoga ia bisa meraih cita-citanya itu. Seorang anak kecil yang berjualan koran untuk membiayai sekolahnya sendiri mempunyai cita-cita dan harapan yg begitu tinggi dan mulia. semoga jika aku bertemu dengannya lagi, aku bisa membantunya lebih dari membeli korannya. Mungkin saja suatu saat nanti aku bertemu dengannya saat ia sudah mengenakan seragam polisi (ketilang misalnya, hahaha LOL). Tapi sayangnya, aku lupa menanyakan siapa namanya.

Dik, belajar yang baik ya. Semoga kamu bisa jadi seorang polisi dan mendapatkan kahidupan yg lebih baik :)

Amin